Sunday, March 11, 2012

ananda

baru aja berpikir tentang anak-anak...
beberapa waktu yang lalu aku denger cerita yang bikin aku agak kagok mau tersenyum..



jadi gini ceritanya..
ada seorang anak yang mogok sekolah
dan sebagai bu guru,
bu guru berusaha untuk mencairkan suasana dengan mendatangi ke rumahnya...

si anak masih tune in..
masih mengenali gurunya
mau menjawab pertanyaan bu guru
meskipun belum ada inisiatif untuk bercerita...

bu guru berkata..
sinta sekolah ya nak..
nanti kita mau jalan2 ke pabrik roti loo
mau liat bagaimana roti itu dibuat...
keren deh... nanti disana kita bisa makan roti bareng sama temen2...

dengan ringan sinta menjawab
aku nggak mau ke pabrik roti
aku nggak mau ke pabrik roti..
aku loo punya roti.. tuh di meja banyak...

aku yang denger aja bingung
kagok mau senyum
nggak nyalahin sinta yang memang dilahirkan di keluarga yang berada
dan nggak heran kalo mejanya selalu penuh dengan segala macam roti dan cemilan
atau singkatnya... terlahir kaya gitu..

tapi kalau mau ditelaah
bukan punya atau tidak punya roti
tapi kebersamaan dengan teman,
menikmati perjalanan...
kemana ya orang yang paling penting untuk menegaskan dan menerangkan
hal yang sederhana seperti ini..

atau cerita ini..
seorang anak yang dididik dengan pendidikan terbaik dan pastinya muahal...
mampu menggunakan 2 bahasa dalam kesehariannya
yang kedua2nya adalah bahasa asing
(bahasa inggris dan basa jawa... itu buatku bahasa asing hihihihi...)
ketika berbicara pada ibunya si anak berkata...
"loh sing iku kok mbok isi..?"
hadeh..
telingaku langsung gatel...
aku benar2 heran,
apakah sang ibu tidak sempat,
memberitahukan bahwa sekolah yang mahal itu harus diimbangi dengan akhlaq perilaku yang baik
apa ayahnya lupa untuk senantiasa mendampingi ananda untuk kematangan emosinya...

karena yakinlah bahwa hidup dan kehidupan itu pasti
jungkir balik..
ada datang dan pergi..
yang abadi adalah ketidakabadian itu sendiri..
oke ..
sekarang semua akan baik2 saja, ada kanan kiri atas bawah yang masih melindungi
tapi sampai kapan..?

ketika hukum ketidakabadian berlaku,
lalu sinta sendirian, si ananda kesepian
kaku, tak biasa merasakan asinnya garam
kecutnya asam
dan pahitnya hidup...
dipaksa untuk merasakannya langsung pada hari itu juga...
maka semua nya akan terasa menghantam...

tidak menyalahkan orangtua
karena memang tidak ada sekolah orangtua
tapi paling tidak
banyak hal2 yang pasti membunyikan alarm mata hati kita
ada rambu2 yang harus tetap kita jaga
sebagai batasan yang membedakan antara yang baik dan buruk
antara sopan dan kur**g a**r...

pematangan emosi akan sangat baik jika diimbangkan dengan kematangan intelegensi
idealnya seperti itu...
ideal sempurna itu milik Tuhan..
tapi kalau kita lalai untuk meng-konek-kannya..
maka
ananda akan menjadi anak yang
sendirian
egois
tidak menghargai teman
menginjak2 kebersamaan
lupa menghargai orangtuanya
dan yang paling menyedihkan
lalai menjaga negaranya...

beranikah kita meninggalkan generasi yang seperti ini...?
berani menggadaikan harga diri bangsanya
hhmmmm....

No comments:

Karmila oleh Farid Hardja

Ku kenal dikau lalu jatuh cinta bagai pertama Dan ku cumbu dikau penuh kasih mesra bagai cerita Kau berulangtahun, ku tuang minuman ke dal...