Sampai sekarang Tunjangan Profesi Pendidik TPP untuk seluruh guru di Jatim, belum cair. WISNU - Koordinator TPP Jatim bilang, TPP ini, bukan permintaan guru tapi amanat undang-undang. Bulan Juli ini, para guru juga butuh dana untuk menyekolahkan anak. (gkssfm-ws)
itu status yang kubaca dari radio SS, sebuah radio yang punya akun FB. banyak juga gunanya untukku bisa buat informasi kapan mati lampu, kanapa air mati, ada apakah sampe ada kemacetan, bahkan mobil hilang ataupun demo mahasiswa bisa masuk kestatusnya... (cuma sekarang kalo malem statusnya penuh dengan pertandingan bola akibat piala dunia di afsel lagi nge-trend buanget... aaaaaaaaarrrrrrrrrgggggggghhhhhhhhhh)tau nggak ada yang komen apa dari status yang dibuat...?
waduh waduh ... yg karyawan swasta ngga ada tunjangan apa2 lhoo, wah ini kok ada dana refreshing ... manja amat ... (dari ibu dezy)
Yah...betul biaya studi anak memang besar alhamdulillah kalo ada yg memperhatikan itu....! berarti qta bs berkarya dg baik g usah lg mikirin yg di rumah! (dari bu lely, yang kurasa adalah seorang guru juga)GURU SAIKI GAJI TINGGI MOSOK IJIK KURANG AE KOYOK GAK BERSYUKUR ...MANA TANGGUNG JAWABMU THDP MURID NEK IJIK MIKIR DUIT
(dari pak mada armada, yang agak mengundang "keramaian")
dari sekitar 30 komentar, seperti biasalah ada yang pro dan tentu saja kontra, simpati banyak terkirim tapi juga banyak yang menganggap biasa. menyalahkan pemerintah yang kurang tanggap, menyajikan data bahwa ternyata ada oknum yang menerima bantuan padahal dia tidak berhak..
terlepas dari itu semua,
aku jadi ingat reaksi pertama dari papa dan mama ketika aku memilih IKIP Jakarta sebagai tempat untuk melanjutkan pendidikanku...
"kok jadi guru nduk?" "bisa tah?"
pertanyaan semacam itu wajar, sangat wajar karena orangtuaku merasakan betul beratnya jadi orangtua dengan 2 anak yang beranjak dewasa dan harus kuliah meski di negeri ajah.. tutup mata sama teman2 yang bisa kuliah di PTS, karena memang kami nggak mau memaksakan diri dari segi ekonomi kami mampu, tapi tidak bisa untuk memaksa masuk ke PTS yang waktu itu sangat muahal..
pada akhirnya orangtuaku menyerahkan keputusan kepadaku, untuk meneruskan kuliah di IKIP Jakarta.
Keluarnya ya benar2 jadi guru, menghadapi murid yang nota bene adalah anak manusia yang bisa protes kalo ada penyampaian materi yang nggak bener.
kadang kalo khilaf, minum sambil berdiri aja diprotes, karena kami disekolah terbiasa untuk menanamkan dari hal yang kecil, makan/minum sambil duduk.
untuk gaji, ya gaji gurulah... seperti biasa bukan rahasia umum..
untuk tunjangan yang terlambat...?
udah biasa..
masih untung digaji, masih untung ada yang perhatian ngasih tunjangan...
aku kadang heran, guru itu manusia biasa, kalo dilihat dari keadaannya, berangkat pagi, pulang siang kadang sore, ya kalo mau jujur itu adalah profesi. artinya seseorang yang keluar dari rumah untuk melaksanakan tugasnya. bukan hanya bapak yang pergi ke kantor loo..
bukan hanya ibu2 yang bekerja di kantor swasta..
kadang heran, kalo pegawai boleh mikirin liburan, boleh minta bonus, boleh minta naik gaji, boleh ini dan itu...
tapi kalo guru...?
adalah hal yang aneh untuk memikirkan liburan, aneh kalo minta bonus apalagi minta naik gaji...? waaahhh.... nggak deh...
cap nggak ikhlas, nggak tanggungjawab, nggak ini nggak itu...
padahal kami juga pergi meninggalkan rumah, mencurahkan tenaga perhatian airmata bahkan darah untuk mendampingi anak2..
kami mencintai mereka seperti kami mencintai anak2 kami sendiri, tanpa ragu2...
cap nggak ikhlas begitu mudah diucapkan begitu ada selentingan tentang uang..
beberapa waktu yang lalu saya mendengar ada joke yang lucu tapi agak miris mendengarnya. miris karena ada benarnya...
"guru itu gajian tanggal 1, tanggal 3 udah jadi kaum dhu'afa lagi"
hehehehehehe....
lalu sekarang pertanyaannya dengan sedemikian berat kami memikul tanggungjawab, menjaga dan mendidik anak2 bangsa, yang Insya Alloh akan menjadi pilar negara ini, manjadi tumpuan negara ini, tempat kita menitipkan negara ini 20-25 tahun mendatang.
pantaskah yang menjadi hak kami dipotong, ditunda atau bahkan ditiadakan...?
pantaskah kami mendua, memikirkan anak-anak, sementara ada guru yang harus menjadi tukang ojek, pemulung, tukang becak dan lain2 demi untuk memenuhi kebutuhan keluarga..?
rasanya kami juga tidak mungkin meminta apa yang bukan menjadi milik kami kok...
kalau memang sudah menjadi hak kami, kenapa harus dipersulit..?
boleh dong kami mikirin liburan...?
berhak dong kami minta tunjangan prestasi...?
boleh dong kami ingin tunjangan yang tepat waktu...?
semoga siapa pun yang berwenang untuk "mengurus" segala tunjangan dan apa pun, diberi kemudahan untuk dapat menyelesaikan pencairan dananya sehingga bisa sampai pada sasaran yang tepat dengan waktu yang tepat juga... amiin..
No comments:
Post a Comment